1. Wahai kekasih ku, apabila kelak suatu hari nanti engkau adalah wanita akhir zaman untuk ku dan aku adalah lelaki akhir zaman untuk mu. Berikanlah kasih sayang dan pengabdian mu untuk keharmonisan keluarga kita. Satu kisah tentang kasih sayang Rosulullah diceritakan oleh ‘Aisyah Radhiyallahu ‘Anha ia berkata:
“Demi Allah, saya melihat Rasulullah berdiri di depan pintu kamarku sementara orang-orang Habasyah bermain-main tombak di masjid, Rasulullah menyitariku dengan selendangnya agar aku dapat menyaksikan permainan mereka dari balik telinga dan leher pundak beliau, beliau tidak beranjak sehingga aku puas dan beranjak dari situ. Beliau memperlakukanku sebagaimana seorang gadis muda belia yang masih senang permainan.” }Hadits shahih riwayat Al-Bukhari (IX/255), Muslim (VI/183-184), An-Nasai (III/193-196), Ahmad (VI/166, 247) }
Aku pun ingin menjadi lelaki yang baik kepada mu wahai istriku kelak. Karena sesungguhnya aku sangata menyayangi wanita yang dapat menjaga dirinya .
«أكمل المؤمنين إيماناً أحسنهم خلقاً، وخياركم خياركم لنسائكم».
“Sesungguhnya orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya. Dan yang terbaik diantara kamu adalah yang paling baik terhadap istrinya.” {Hadits shahih riwayat At-Tirmidzi (IV/325), Ahmad (II/250, 472), Ibnu Hibban (1311, 1926) }
2. Aku pun ingin mengikuti jejak mu ya Muhammad SAW, seperti apa yang engkau lakukan kepada ‘Aisyah, engkau berikan tawa dan canda bersama ‘Aisyah sehingga kesenang.
Aisyah bersama Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menghadiri sebuah lawatan.
Aisyah berkata: “Pada waktu itu aku masih seorang gadis yang ramping. Beliau memerintahkan rombongan agar bergerak terlebih dahulu. Mereka pun berangkat mendahului kami. Kemudian beliau berkata kepadaku: “Kemarilah ! sekarang kita berlomba lari.” Aku pun meladeninya dan ternyata aku dapat mengungguli beliau. Beliau Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam hanya diam saja atas keunggulanku tadi. Hingga dalam kesempatan lain, ketika aku sudah agak gemuk, aku ikut bersama beliau dalam sebuah lawatan. Beliau memerintahkan rombongan agar bergerak terlebih dahulu. Kemudian beliau menantangku berlomba kembali. Dan kali ini beliau dapat mengungguliku. Beliau tertawa seraya berkata: “Inilah penebus kekalahan yang lalu !” {Hadits shahih riwayat Abu Dawud (VII/243), Ibnu Majah (I/610), Ahmad (VI/39, 264, 280) }
3. Akupun tak ingin menjadi kayu api neraka karena tak menafkahi engkau dan anak kun anti. Doakan lah aku agar aku selalu bersyukur dan tawakal menjalani hidup ini dan keyakinan mu untuk keluarga kita nanti.
Diantara bukti kesempurnaan iman adalah memberi nafkah kepada keluarga (anak dan istri). Tidak membiarkan mereka hingga terlantar tak terurus. Sebab hal itu merupakan kezhaliman yang sangat besar. Berdasarkan hadits Abdullah bin ‘Amr dari Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam berikut ini:
“Cukuplah seseorang menuai dosa apabila ia menelantarkan orang-orang yang menjadi tanggungannya (keluarganya).” { Hadits shahih riwayat Abu Dawud (II/132), Ahmad (II/160, 193, 195)}
4. Apabila aku tergolong dalam suami yang kikir terhadap anak dan istriku, maka aku mohon engkau mengiangat kan ku dengan kesabaran dank e ikhlasan mu. Dan apabila engkau mau menyisihkan dengan cara yang engkau anggap baik karena kekikiran ku aku ikhlas dan lakukanlah dengan wajar dan sesuai batas kemampuan ku. Gunakanlah secara baik dan bijaksana, bukan untuk menghambur-hamburkan jangan sampai niat mu menjadi sifat yang mendekati kelaliman.
Berdasarkan hadits ‘Aisyah Radhiyallahu ‘Anha:
“Hindun Ummu Mu’awiyah mengadu kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam: “Sesungguhnya Abu Sufyan seorang suami yang kikir, apakah saya boleh mengambil hartanya tanpa\sepengetahuannya?” Rasulullah menjawab:
“Ambillah dari hartanya untuk memenuhi kebutuhanmu dan kebutuhan anak-anakmu dengan cara yang ma’ruf.” { Hadits shahih riwayat Al-Bukhari (IV/405 & V/107 & VII/141 & IX/504-507, 514, XI/525, XIII/138-139, 171), Muslim (XII/7-10), Abu Dawud (VII/290), An-Nasai (VIII/246-247), Ibnu Majah (2293) }
Namun demikian aku lebih memilih bila engkau membicarakan segalanya kepadaku bukan dengan mengendap dalam kebaikan.
«أَدّ الأمانةَ إلى من إئتمنكَ، ولا تخنْ من خانكَ».
“Tunaikanlah amanah kepada orang yang mengamanahimu dan janganlah khianati orang yang mengkhianatimu.” { Hadits shahih riwayat Abu Dawud (3535), At-Tirmidzi (1264), Ad-Darimi (II/178), Al-Bukhari dalam Al-Kabir (II/2/360) }
Mengambil harta suami tanpa seizinnya merupakan khianat. Hal itu telah dilarang berdasarkan nash Al-Qur’an dan As-Sunnah.”
Gambaran dari kedua hadist diatas dapat kita ilustrasikan sebagai berikut :
“Masalahnya bukan sebagaimana yang mereka duga. Apa yang dimaksud oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dalam hadits Hindun tidak sebagaimana yang beliau maksud dalam hadits di atas. Alim Ulama telah menyebutkan bahwa barangsiapa yang memiliki hak ditangan orang lain lalu ditahan oleh orang tersebut, maka ia boleh mengambil sesuatu dari harta orang tersebut sebagai pengganti haknya yang ditahan. Sebagaimana dimaklumi bahwa di rumah suami yang kikir tentunya tidak tersedia sandang pangan dan segala kebutuhan yang wajib disediakannya untuk anak dan istri. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam telah memberi izin kepada Hindun untuk mengambil sekadar kebutuhannya dan anak-anaknya. Sementara hadits di atas (Tunaikanlah amanah………) maksudnya adalah tidak mengkhianati amanah setelah kebutuhannya dicukupi. Adapun mengambil sekadar kebutuhan, hal itu memang diizinkan oleh syariat. Oleh sebab itu, hadits Hindun tersebut tidaklah termasuk perkara yang dilarang dalam hadits terdahulu.” Wallahu a’lam.
5. Dan ketika aku merasa gugup untuk mengatakan sesuatu kebenaran yang dapat membuat kamu sedih atau bahkan membuat dirimu terluka, ku harap engkau dapat memaafkan ku sebelumnya karena aku pun bukan syaidina ali yang sempurna dimata tuhan. Dan maafkanlah bila suatu hari nanti aku melewati batas dalam memberikan saran, teguran dalam memaksakan kehendak ku.
Berpura-pura terhadap kaum wanita termasuk sikap seorang lelaki yang bijak. Kadang kala seorang lelaki menyembunyikan sesuatu yang apabila diungkapkannya terus terang kepada istrinya maka suasana akan bertambah kacau. Hal ini harus dimaklumi karena wanita diciptakan dari tulang rusuk yang bengkok, bukankah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam telah bersabda:
«.. واستوصوا بالنساء خَيراً فإِنهنَّ خُلِقنَ من ضِلَع، وإنَّ أعْوَجَ شيءٍ في الضلَع أعلاه، فإِن ذَهبتَ تُقيمه كَسَرتَه، وإن تركتَهُ لم يَزَل أعوجَ، فاستَوصوا بالنساء خَيراً».
“Berbuat baiklah kepada kaum wanita. Sebab mereka diciptakan dari tulang rusuk yang bengkok. Yang paling bengkok dari tulang rusuk itu adalah bagian atasnya. Jika engkau berusaha meluruskannya maka engkau akan mematahkannya, jika biarkan maka ia akan tetap bengkok. Maka dari itu berbuat baiklah kepada kaum wanita.” { Hadits shahih Al-Bukhari dan Muslim, At-Tirmidzi (I/223), Ad-Darimi (II/148), Ahmad (II/428, 449, 530) }